Twitter

Senin, 10 Oktober 2011

Ini Rasa, Ini yang Kurasa

   Kalau kau tanya bagaimana perasaanku saat ini? Aku akan mengatakan abstrak. Entah sedih, bahagia, ataupun kecewa. Mungkin terdengar sedikit aneh, tapi ini yang aku rasa. Tuhan begitu baik padaku. Aku masih diberi ragam rasa. Yang tak kusuka ataupun yang kusuka.
   Jujur, kali ini aku lebih merasa sedih. Aku tak tau pasti apa sebabnya. Semenjak hari itu, segalanya terasa berbeda. Di luar perkiraanku, bahkan tak pernah terbayangkan sedikitpun olehku. Sungguh, baru kali ini aku merasakannya. Tiap kali kucoba menghela nafas panjang, saat itu pula aku merasa sedih. Ketika kucoba meneguk segelas air, saat itu pula aku merasa sedih. Telah banyak waktu yang terbuang percuma hanya karena aku terlalu mendalami kesedihan yang tak wajar ini. Semakin aku rasakan, semakin aku sulit untuk keluar dari belenggu kesedihan ini. Tuhan, Kau tahu aku. Dan Kau tahu bagaimana perasaanku saat ini. Tolong aku untuk keluar dari rasa ini. Rasa yang tak wajar, rasa yang membelengguku dari duniaku yang dulu sempat kugenggam.
   Kalau boleh aku meminta, aku ingin buang jauh-jauh perasaan ini. Kalau boleh aku meminta, aku ingin menggantinya dengan yang lain. Kalau boleh aku meminta, aku ingin kembali menggenggam duniaku. Seperti dahulu. Seperti saat aku masih tegar.
   Tersenyum itu mudah, namun tersenyum dalam kesedihan butuh keikhlasan yang lebih. Aku bisa tersenyum kalau untuk sekedar menutupi apa yang sebenarnya aku rasa. Tapi aku tak bisa tersenyum pada diriku sendiri yang tengah terluka hatinya. Jika aku gambarkan, langit hari ini adalah aku, dan hujan hari ini adalah tangisku. Walau kini masih bisa ku redam, namun aku tak setegar mawar di lautan. Aku juga bisa goyah, seperti sakura di musim gugur.
   
   kuambil secarik kertas tanpa goresan

   kurangkum perasaanku, dan kutuangkan ke lembar itu

   kurangkai menjadi kata yang padu padan

   kupenuhi lembar itu dengan ukiran perasaan

   kuhiasi dengan ungkapan yang terpendam

   kupenuhi lembar itu, hingga tak ada ruang lagi

   kulipat lembar itu, dan kujadikan sebuah pesawat      mainan

   kuterbangkan lembar itu, jauh

   kulihat lembar itu menghilang dari pandangan

   inilah inginku,

   ingin kubuat sedihku menghilang

   seperti lembar itu, yang hilang tanpa arah

0 komentar:

Posting Komentar